Hujan mulai turun membasahi bumi yang sudah gundul akan ulah
manusia. Seorang anak lelaki sedang asik mendengarkan riuhnya suara hujan dari
dalam kamar rumah sakit. “Hapsa, makananya cepet dimakan! Keburu dingin!”
sontak mamanya yang melihat makanan diatas meja tak berkurang semili pun. “Iya
mah bentar.” Jawab Hapsa dengan nada lesu.
Setahun
yang lalu, Hapsa didiagnosa mengidap penyakit gagal jantung. Hari demi hari
setelah dia tahu penyak yang menyerangnya, dia mulai galau, resah tak menentu.
Nasi goreng yang biasanya dia makan dengan lahap, kini tergelat mendingin
diatas meja. Badannya yang dulu gemuk berisi, kini hanya tinggal tulang
berbalut kulit.
“Maaf bu, Hapsa harus segera
dicangkok jantung kalau tidak bisa berakibat fatal.” Kata dokter.
“Emang biayanya berapa dok?”
Tanya mamahnya Hapsa.
“Biayanya lumayan besar bu,
mungkin 500jt.” Timbal dokter.
“Baik dok, masalah biaya tidak
masalah yang penting anak saya selamat.” Kata Bu Sakti.
Keesokan harinya, anak lelaki
itu dieksekusi dibawah terangnya sinar lampu dan dinginnya ruang operasi. Tujuh
jam berselang, dokter keluar dan berkata bahwa jantung buatan untuk Hapsa sudah
dipasang dan harus dijaga dengan baik.
Hidup
anak lelaki ini belum kunjung normal tidak hingga dia menemukan seorang gadis
yang menarik hatinya untuk merapat dipelabuhan cintanya. Gadis berhidung
mancung, dengan rambut yang cantik terurai serta matanya yang indah telah
member sedikit cahaya penyemangat bagi hapsa, dia bernama Dianty.
Hari
demi hari Hapsa mulai bersemangat layaknya menemukan sumber air dalam padang
gersang. Kini hidupnya lebih berwarna, matanya yang dulu menatap bagaikan tiada
kesempatan esok hari kini telah kembali bersinar. Tak sadar seberapa lama dan
sedekat apa mereka, benih cintapun tumbuh diantara dua anak manusia ini.
“Hai
hapsa.” Begitulah Dianty selalu menyapa Hapsa ketika mereka berpapasan di
sekolah. Dengan penuh rasa malu, Hapsa pun hanya tersenyum.
Suatu
hari, Dianty ditunjuk mewakili sekolah untuk mengikuti lomba di Jakarta. Dalam
persiapan lomba tersebut, Hapsa merelakan waktu belajarnya demi Dianty bagaikan
prajurit yang merelakan nyawanya demi rajanya.
Hari
demi hari berlangsung Hapsa dan Dianty sibuk dengan persiapan lomba dan tanpa
disadari cinta yang tumbuh semakin besar, dimana sepermiliar dari cintanya
dapat member arti hidup seorang bocah lelaki.
Hari
kamis, seperti biasanya Dianty tampak cantik dengan rambutnya yang terurai.
Saat mereka berdua sedang sibuk mempersiapkan semua keperluan lomba, Dianty
menyanyikan sebuah lagu. Lagu yang tak tahu ada kekuatan apa didalamnya tetapi
entah kenapa setiap dia melihat Dianty dengan atau tanpa menyanyikan lagu itu,
jantung buatannya selalu berdetak lebih kencang dan tak akan berhenti setelah
dianty menghilang dari pandangannya.
Meskipun Hapsa tau apa akibat jantungnya berdetak lebih kencang, dia
tetap membiarkannya selama Dianty lebih
lama berada di dekatnya.
Beberapa
hari kemudian, Hapsa yang sedang berduduk santai sedang didalam kamar dan
mengelus-elus dadanya sambil berkata, “rileks yak jantungku, kalo kecepeten
ngko aku mati” mendengar lagu yang biasanya dinyanyikan oleh dainty. Tanpa
kompromi, jantung Hapsa mulai berdetak kencang lagi dan Hapsa segera mencoba
untuk mematikan lagu tersebut agar detak jantungnya kembali seperti semula.
Setelah berhasil menghentikan lagu itu pada ponsel mamahnya, Hapsa kembali
tidur ke kamar dan tidur.
Keesokan
harinya, kesepuluh kalinya Hapsa check up setelah setahun menjalani operasi
cangkok jantung buatan. Tidak seperti biasanya Dokter ahli bedah yang menangani
Hapsa begitu bimbang, seolah menyembunyikan sesuatu setelah pemeriksaan
jantung.
“Ada apa
dok?” Tanya Hapsa penasaran.
“K..kka…muu
harus dioperasi lagi.” Jawab dokter dengan sedikit gagap.
“Kenapa gitu
dok?!” Tanya Hapsa kembali semakin penasaran.
“Sebenarnya
dalam operasi yang saya lakukan setahun yang lalu telah gagal, sebenarnya kamu
sudah mati sekarang. Tapi entah kenapa kamu masih hidup, apakah ada sesuatu
yang membuat jantungmu sering berdetak lebih kencaang?” jelas dokter.
“Mati dok?!
Sebenarnya ada sesuatu yang membuat jantungku hberdetak lebih kencang tapi
entah apa. Ada seorang wanita yang tiap aku melihatnya detak jantungku lebih
kencang, tiap denger lagu yang dinyanyiin sama dia juga gitu.” Jelas hapsa.
“Mungkin
semua itu yang membuatmu hidup lebih lama.” Jawab dokter.
“Makasih
dok.” Jawab Hapsa singkat sambil keluar ruangan dokter.
Sepulang dari
rumah sakit, Hapsa langsung pergi menemui dainty. Hapsa mulai mengungkap
rahasianya tentang jantungnya, tetapi Dianty tidak percaya karena Hapsa dikenal
sebagai cowo yang suka bercanda. Hapsa bercerita bagaimana dia bisa dioperasi,
bagaimana hidupnya sebelum dan setelah ketemu dengannya, bagaimana kata dokter
tadi dan Hapsa pun bilang kalo dia akan segera mati akibat penyakit jantungnya.
Keesokan
harinya, Hapsa tak seperti biasanya yang memperlakukan Dianty dengan manja dan
perhatian. Hapsa mulai berubah, mungkin perubahan yang tak akan menyangka kalo
cewe yang dia suka akan menghindarinya. Hapsa mulai bersifat cuek, masa bodoh
dan semua bercandanya yang semakin gila. Akhirnya tanpa Hapsa sadari, Dianty,
cewe yang dia suka mulai dekat dengan cowo lain, sebut saja Dima. Hapsa semakin
geram dan semakin mempertahankan Dianty.
Seperti
biasanya Hapsa dating kerumah, tetapi kali ini berbeda. Hati hapsa hancur
seperti laptop yang dibanting, di depan rumah Dianty ada sebuah motor, mungkin
motornya Dima yang sedang dekat dengan Dianty. Tak mau masuk kerumah, Hapsa pun
menelepon Dianty yang sedang bersama Dima menhibur adik Dianty yang sedang
menangis.
“I won’t go
home without you…..” Hp Dianty berbunyi.
“Iya, halo.
Ada apa sa?” balas Dianty.
“Kamu lagi
ngapain di?” Tanya Hapsa.
“Iagi dirumah
aja ni, gk ngapa-ngapain ok.” Jawab Dianty singkat.
“Aku udah di
depan rumahmu ni, ada Dima ya di dalem?” Tanya Hapsa penasaran.
“Bukan
urusanmu sa, pergi aja, ngapain kamu kesini!” Jawab Dianty agak membentak.
“Aku boleh
masuk gk? Pengen ketemu kamu.” Jawab hapsa.
“Ketemu? Aku
gamau ah, ngapain juga ketemu kamu. Walopun kamu ngancem bakal mati gara-gara
penyakitmu itu, aku gk bakal mau ketemu kamu, titik!” jawab Dianty sambil
menutup telepon.
“Di…di…,?”
sahut Hapsa.
Hapsa pun
segera pergi dari rumah Dianty, dan hari-hari berikutnya Hapsa tak terlihat
lagi di sekolah karena penyakit jantungnya.
Untuk
kesebelas kalinya Hapsa check-up dan bertemu dokternya. Dokternya berkata bahwa
dia harus segera diopersai tetapi kemungkinan hanya 50% selamat, dan 50% mati.
Bila Hapsa selamat dari operasi tersebut, dia akan hidup sangat lama dan bila
gagal dia akan mati. Tanpa berpikir panjang Hapsa segera menyetujui operasi
yang akan dilakukan kepadanya.
Seminggu
kemudian, Hapsa menitipkan foto berduanya bersama Dianty kepada temannya. Hapsa
berkata sambil member foto tersebut ke temannya,”kalo aku gk masuk sekolah
lagi, kasi foto ini ke Dianty ya dan ngomong kalu dia cewe paling berarti di
idupku.” Tanpa basa-basi, Hapsa segera ijin pulang untuk melakukan operasi
jantungnya.
Hapsa
menunggu 2 jam di Rumah sakit sebelum dia dipanggil untuk melakukan operasi. 5
jam kemudian, dokter yang mengoperasi Hapsa keluar dan bilang bahwa Hapsa tak
tertolong. Dengan berat hati, seluruh keluarga Hapsa merelakan kepergiannya.
Dua minggu
setelah kematian Hapsa, Dianty mulai bertanya tanya kemana perginya Hapsa 2
minggu ini. Sembari melamun, ada seorang temannya member foto yang diberikan
Hapsa kepadanya dan berkata,”Kamu cewe yang paling berarti bagi Hapsa, Hapsa
sayang banget sama kamu. 3 minggu yang lalu Hapsa nitipin ini buat aku, dia
ngasi ini buat kamu. Hapsa udah mati gara-gara operasinya kemaren gagal.” Tanpa
bisa berkata-kata, Dianty sangat sedih dan menyesali perbuatannya yang
dilakukan kepada Hapsa.
0 komentar:
Posting Komentar